Selamat Datang Pecinta dan Pemerhati Tosan Aji...Blog untuk mengetahui kiprah kawula muda dalam usaha perlindungan dan pelestarian budaya....SALAM BUDAYA..!!

Senin, 10 Desember 2012

SENJATA TRADISIONAL INDONESIA

Selama ini bagi kita orang Jawa Keris ataupun Duwung merupakan senjata Tradisional yang kita kenal.Namun bagi kita sebagai orang Indonesia ternyata mempunyai koleksi senjata yang amat sangat luar biasa. Ini merupakan pembuktian bahwa nenek moyang kita ternyata mempunyai daya cipta yang sangat luar biasa.
Diantara ribuan senjata tradisional berikut mungkin yang sering kita ketahui karena hingga detik ini wujud dan bantuknya masih bisa kita jumpai walaupun sudah langka.


1. Menurut kisah-kisah masyarakat Jawa Tengah, Keris ini merupakan kebanggaan bagi kaum priyayi (kaum keraton) dan diselipkan di pinggang sebelah kiri sebagai perlambang keperkasaan dan kebangsawanan.Inilah salah satu senjata tradisional paling terkenal di dunia, baik karena bentuk fisik dan sejarahnya yang panjang.Senjata khas suku Jawa, khususnya bagi masyarakat Jogja dan Jawa Tengah ini adalah suatu senjata yang mengandung nilai mistis dan sakral. Bagi masyarakat Jawa penganut aliran kejawen, bahkan keris ini dianggap memiliki jiwa dan harus dipelihara,

2.Kujang adalah sejenis parang khas milik masyarakat suku Sunda pada masa lampau.Konon merupakan senjata pusaka di Kerajaan Galuh Pajajaran, terutama Prabu Siliwangi.Kujang juga terkenal karena bentuknya yang menyeramkan, namun terlihat mewah. 

3.Kelewang 
Kelewang yang lebih menyerupai pedang panjang ini sebenarnya mulai dikenal pada masa tahun 1900 an ... digunakan sebagai alat untuk merampok bagi kalangan perampok pada masa lalu. Dalam hal ukuran, berat dan bentuk kelewang adalah pertengahan antara golok dan kampilan. Ragam pedang berbeda menurut budaya di Indonesia; ada kelewang bermata lurus, namun sebagian besar kelewang bermata lengkung
4. Clurit
Celurit menjadi senjata khas suku Madura yang biasa digunakan sebagai senjata carok. Senjata ini sudah melegenda sebagai senjata yang biasa digunakan oleh tokoh bernama Sakera. Masyarakat Madura biasanya memasukkan khodam, sejenis makhluk gaib yang menempati suatu benda, ke dalam celurit dengan cara merapalkan doa-doa sebelum carok.

Bersambung..........

Jumat, 02 Desember 2011

DETAIL PAMOR KERIS


Pamor merupakan hiasan atau motif atau ornamen yang terdapat pada bilah tosan aji (Keris, Tombak,
Pedang atau Wedung dan lain lainnya). Hiasan ini dibentuk bukan karena diukir atau diserasah (Inlay)
atau dilapis tetapi karena teknik tempaan yang menyatukan beberapa unsure logam yang berlainan.
Teknik tempa ini sampai saat ini hanya dikuasai oleh para Empu dari wilayah Nusantara dan
sekitarnya saja (Malaysia, Brunei, Philipina dan Thailand) walau ada yang berpendapat asal teknik ini
dari Tibet  atau Nepal, tetapi pendapat tersebut tidak beralasan sama sekali.
Diluar wilayah Nusantara dan sekitarnya biasanya hanya dikenal teknik Inlay saja seperti pedang dari
Iran atau negara Eropa lainnya sehingga walau secara seni (art) tampak indah tetapi kesan “Wingit”
nya tidak ada sama sekali.
Ada kalanya Pedang buatan Empu diluar wilayah Nusantara terdapat juga Pamor, tetapi biasanya
karena tanpa sengaja sewaktu dibuat pedang tersebut tercampur beberapa logam lainnya yang
mengakibatkan timbulnya pamor tersebut, kadangkala munculnya pamor tersebut setelah pedang
tersebut berumur ratusan tahun.
Ini pula yang mungkin menjadi dasar Empu diwilayah Nusantara (Khususnya Jawa) yang mengolah
cara pencampuran berbagai logam sehingga terbentu pamor yang indah dan bernilai seni tinggi.
Bahan pamor ini oleh kebanyakan penulis dari barat dikatakan dari bahan Nikel, padahal ini salah
sama sekali karena berdasarkan penelitian oleh Bapak. Haryono Aroembinang MSc (alm) dan
beberapa ahli di BATAN Jogjakarta didapat bukti bahwa bahan itu adalah Titanium, suatu bahan yang
baru pada abad 20 digunakan sebagai bahan pelapis kendaraan angkasa luar, padahal empu kita
sudah menggunakannya dari dulu. Ini diterangkan sebagai berikut, ketika meteor masuk ke atmosfir
bumi maka sebagian besar bahan tembaga, besi, nikel, timbel, kuningan terbakar hancur dan hanya
titanium yang bertahan sampai bumi. Bahan baku pamor dahulu dibuat dari meteor yang terdapat
dibumi sehingga keris jaman dulu banyak mengandung Titanium dan beratnya juga ringan.
Terkenal dulu bahan pamor dari Luwu, Sulawesi Selatan yang dibawa oleh pedagang dari Bugis.
Bahan Pamor yang paling terkenal adalah Pamor Prambanan, saat ini ada di Kraton Surakarta diberi
nama Kanjeng Kyai Pamor dan ukurannya sekarang tinggal sekitar 60x60x80 Cm sebesar meja kecil
karena sudah banyak digunakan empu membuat karis pesanan dari Kraton.
Setelah bahan meteorit susah didapat, barulah bahan Nikel digunakan, sehingga keris saat ini bobot
nya biasanya lebih berat dari keris kuno.

PAMOR MLUMAH, PAMOR MIRING.

Dilihat dari cara pembuatannya sebetulnya hanya dua cara pembuatan Pamor yang baik yaitu Mlumah
dan Miring. Pamor mlumah adalah lapisan-lapisan pamornya mendatar sejajar dengan permukaan
tosan aji sedangkan pamor miring lapisan pamornya tegak lurus permukaan bilah.
Ada juga tosan aji yang dibuat dengan kombinasi pamor mlumah dan miring hanya saja
pembuatannya sangat sulit, lebih sulit dari pembuatan pamor miring.
Pamor Mlumah biasanya bermotif Beras Wutah, Ngulit Semangka, Satria Pinayungan, Udan Mas,
Wulan-wulan dan sebagainya, sedangkan Pamor Miring umumnya motif Adeg, Batu Lapak, Sodo
Saeler, Tumpuk dll. Kesan Pamor Miring agak kasar bila diraba bilahnya dan nyekrak dibanding pamor
mlumah.
Apabila lipatannya banyak, baik di pamor mlumah atau
miring, maka hasilnya kemungkinan akan menjadi pamor
luluhan, praktis pamor dan besi sudah “menyatu” walau
tidak terlalu homogen, ini akan terlihat dengan
menggunakan kaca pembesar.
Pamor luluhan yang gampang terlihat antara lain di
keris buatan Empu Pitrang dijaman Blambangan, diantara
pamor Adeg pada beberapa bagian bilah tampak pamor
luluan yang sepintas seperti pamor Nggajih.

Kalau lipatannya lebih banyak lagi seperti buatan Empu Pangeran Sedayu maka pamor luluhan ini
tidak tampak dengan mata telanjang dan sangat kecil atau tiad mungkin kena karat karena
menyatunya bahan pamor dengan bahan besinya.

Cara lainnya.

Ada cara lain membuat pamor selain Mlumah dan Miring yaitu dengan cara mengoleskan bahan
pamor ke bilah, biasanya bukan dari batu meteorit tetapi logam yang titik leburnya lebih rendah dari
besi, caranya dengan menuangkan bahan tersebut yang cair kebilah besi yang membara kemudian
dioleskan dengan ujung mancung (kelopak bunga) kelapa sebelum bahan cair tersebut mengeras dan
dibuat pamor yang dikehendaki si Empu. Hasilnya umumnya kasar bila diraba dan pamor ini disebut
Ngintip (dari Intip/Kerak nasi)
Cara ini hanya digunakan Empu luar keraton, empu Desa atau
disebut juga empu Njawi.
Ada lagi cara membuat pamor dengan menyiramkan bahan
pamor cair ke bilah membara dari pangkal keris keujungnya,
pamornya dinamakan Nggajih karena menyerupai lemak.

PAMOR REKAN dan PAMOR TIBAN
.
Sewaktu membuat keris, Sang Empu berpasrah diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan saja
bagaimana bentuk pamor yang terjadi maka biasanya pamor yang timbul disebut pamor Tiban,
sedangkan bila selama pembuatan direka oleh sang Empu maka pamor yang terjadi disebut pamor
rekan.
Pamor rekan sering juga gagal dalam pembuatannya, misal sang empu ingin membuat pamor Ron
Genduru tetapi jadinya malah Ganggeng Kanyut.
Sebenarnya agak sulit membedakan mana pamor rekan atau tiban karena bisa dilihat dari sudut
pandang yang berbeda-beda

PAMOR MUNGGUL

Banyak yang menganggap pamor ini pamor titipan, selain itu banyak yang menganggap ini sebagai
pamor tiban karena tidak bisa dibuat secara sengaja.
Pamor ini seperti bisul menonjol sekitar 1 mm diatas
permukaan bilah umumnya berbentuk lingkaran, baik bulat
atau lonjong tetapi ada yang berbentuk gambar membujur
lancip panjang. Letaknya bisa dibagian sor-soran, tengah
ataupun pucuk. Bisa ditepi atau tengah bilah dan termasuk
pamor yang baik serta dicari banyak orang.
Bagaiman pamor ini timbul tidak bisa diterangkan secara
pasti, tetapi diduga saat “masuh” atau membersihkan bahan
keris dari kotoran, ada unsur logam lain yang menyelip dan
lebih keras dari unsur logam besi, tetapi ini baru dugaan saja.

Bersambung..........................................................................


Jumat, 25 November 2011

Intermezo

Dari zaman dahulu kala.....sampai detik ini "Keris" memang banyak di minati....sebab ia adalah senjata tikam yang sangat mematikan.
Saat ini Para Trooper juga berebut untuk mendapatkan senjata tradisional ini.....

Kalo Keris yang satu ini tidak perlu di jamas Gan....Tinggal Tusuk...Tikam...Tusuk.....Tikam....!!!
Salut untuk Admint Point Blank yang mempunyai tujuan mengenalkan senjata tradisional asli ini kepada generasi muda...

Kamis, 24 November 2011

JAMASAN PUSAKA SRAGEN







Hari & Tanggal   : MINGGU  WAGE , 27 Nopember 2011 s.d MINGGU PON, 11 Desember 2011
Tempat               : Galeri “Widji” Cantel Kulon RT 01/23, SRAGEN KULON, SRAGEN
Jam                     :07.00 WIB sampai dengan selesai.
Acara                  : JAMASAN PUSAKA

Hari & Tanggal   : JUM`AT PON, 16 sampai dengan MINGGU KLIWON, 18 Desember 2011
Tempat               : Jl.Raya Sukowati 163 ( Toko Roti “ PRIBADI”/KIJAN ) - SRAGEN
Jam                    : 09.00 WIB – 21.00 WIB
Acara                 : PAMERAN  TOSAN AJI





Minggu, 16 Oktober 2011

Susunan Pengurus PEMIRSA 2011-2014



Susunan Pengurus PEMIRSA 2011 - 2014

Penasehat : 
S. Minanto,S.Pd
Taufiq Sunaryo

Dewan Pakar :
KP. Muhammad Mulyani Dipoyudo
dr. Sigit Hendrasto

Ketua : 
K.P. Fadhil Mansyurrudin PradotoKusumo,SH

Wakil Ketua :
Ir. Hery Suranto

Sekretaris : 
Ir. Achmad Supriyadi

Bendahara : 
Prayitno,BA
Taufan Pribadi

Seksi-Seksi : 

Pendataan : 
dr. Dukut Sarwandi HA,Sp.PD.FINASIM
KRT. Drs. Rachmat Wardono Hadi Kusumo

Kegiatan : 
Haryanto
Faris Oktariandy,Ama.Pd

Advokasi & Bantuan Hukum :
Sanusi,SH
Ahmad Mustain,SH

Humas : 
Wawan,SE
Agus,SE

Dokumentasi : 
KRT.Mardiyono Ash Shidiqi Hadinagoro
Drs. Bastiar Cik Din

Selasa, 16 Agustus 2011

PUSAT JAMASAN PUSAKA SRAGEN



Assalamu`alaikum WrWb.

Salam Budaya....!

Kami beritahukan kepada penggemar Tosan Aji yang menghendaki PERAWATAN DAN JAMASAN PUSAKA serta KONSULTASI  berbagai masalah PUSAKA bisa datang ke:

GALLERY PUSAKA "WIDJI"
Cantel Kulon RT:01/23, Sragen Kulon-Sragen, Jawa Tengah-INDONESIA

Wassalamu`alaikum WrWb.

Minggu, 14 Agustus 2011

Etika Penggunaan Keris


Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa keris merupakan suatu fisualisasi dari simbol-simbol yang memiliki pemaknaan yang dalam dan rumit, simbol-simbol ini tidak hanya pada fisualisasi bentuk kerisnya akan tetapi juga berkait dengan penggunaan atau cara pakai dari keris tersebut. Dalam mengenakan keris didasari pada status sosial, waktu, tempat, penggunaanya. Raja yang mengenakan keris akan berbeda dengan para rakyat biasa, mengenakan keris di dalam dan di luar kraton akan berbeda pula, apalagi acara resmi dan tidak resmi juga memilki tatacara mengenakan keris yang berbeda pula.
Dalam menyandang atau mengenakan keris sangat berbeda dengan ketika mengenakan senjata-senjata yang lain, keris memiliki tata cara kusus sehingga akan menambah keserasian berbusana/pakaian dan sesuai dengan acara yang akan dihadiri.
Dalam mengenakan atau memakai keris, menurut gaya Surakarta terdiri dari 12 cara, dan menurut kraton Jogjakarta terdiri dari 8 cara, masing-masing cara mengenakan keris tersebut di sesuaikan dengan siapa yang mengenakan, jenis acara, dan dimana mereka mengenakanya. Di beberapa daerah yang lain juga memiliki beberapa tata cara mengenakan keris yang berbeda-beda pula (termasuk Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Lombok dan lainya).
Adapun beberapa tata cara mengenakan keris versi Surakarta tersebut adalah: :
-   Turut Bokong, yaitu yang dilakukan abdi dalem gandek ketika menyerahkan sesuatu pada yang berpangkat atau bangsawan
-   Kureban, biasa dipakai para prajurit infantri yang memanggul senjata sambil mengenkan keris
-   Kempitan tengan, cara memakai untuk melindungi kerisnya
-   Kempitan kiwa untuk keadaan waspada di dalam suasana perang atau derah yang kurang aman
-   Nganggar yaitu disandang di paha kiri, cara ini dilakukan bila seseorang ingin mengenkan keris lebih dari satu keris
-   Ngogleng, yaitu dikenakan ketika sedang berjalan jongkok, cara menggunakan ngogleng ada tiga yaitu ngogleng, ngogleng tanggung, ngogleng methit
-   Kewalan, dipakai pada saat menunggang kuda prajurit penunggang kuda
-   Nyothe ngajeng, cara mengenakan para rohaniawan atau ulama
-   Nyothe wingking, dilakukan para pembesar ketika sedang menunggang kuda
-   Nyothe methit, dilakukan para petinggi keraton hendak duduk bersila menghadap raja

Adapun beberapa tata cara mengenakan keris versi Yogyakarta sebut adalah:
-   Klabang pipitan, cara mengenakan keris paling populer di Jogjakarta ketika sedang siaga, di surakarta disebut ngogleng
-   Ngogleng, ketika seseorang ingin menonjolkan dirinya di depan umum, di Solo disebut ngogleng methit
-   Lele Sinundukan atau satriyo keplayu, cara ini dilakukan ketika melalukan aktivitas yang membutuhkan banyak gerak
-   Munyuk Ngilo, dikenakan para pengelana
-   Mangking, dilakukan ketika sedang naik kuda
-   Netep, dikenakan dalam posisi berdiri dan melakukan banyak aktivitas
-   Nyothe kiwa, dilakukan pada saat siaga atau genting di Solo dikenal dengan nama kempitan kiwa
-   Kewalan, dilakukan oleh para parajurit yang bersenjatakan pedang dan para penari kelana
-   Nganggar, dilakukan para prajurit yang membawa senjata sambil mengenakan keris