Selamat Datang Pecinta dan Pemerhati Tosan Aji...Blog untuk mengetahui kiprah kawula muda dalam usaha perlindungan dan pelestarian budaya....SALAM BUDAYA..!!

Jumat, 13 Mei 2011

Berbagi Koleksi....boleh dimahari....!

Kode : 12/ Dapur : Tilam Upih / Pamor : Tirta Tumeter / Tangguh : Mataram Senopaten /Aura : Memperlancar Pembicaraan /Mahar : Rp. 1 juta.

KODE : 12
JENIS PUSAKA : Keris Lurus
DAPUR : Tilam Upih
PAMOR : Tirta Tumeter
TANGGUH : Mataram Senopaten
WARANGKA : Gayaman Surakarta
KOLEKSI : KP. Muhammad Mulyani Dipoyudo
AURA : Karejeken
=============================================
MAHAR : Rp. 1 juta.
=============================================
  1. Tirta Tumeter:
 Atau disebut juga Tetesing Warih. Gambaran pamor tetesing warih atau tirta tumeter atau juga disebut banyu setetes serupa dengan pamor wos wutah. Namun diantara sela-sela garis pamor terdapat banyak bulatan-bulatan kecil. Bulatan atau lingkaran itu tidak rata ukurannya, ada yang besar adapula yang kecil, ada yang tersusun sampai tiga lapis, namun ada juga yang tidak merupakan susunan lingkaran. Bulatan-bulatan pada pamor tetesing warih, terkadang tidak bulat benar, ada yang agak gepeng, ada yang mencong. Tuah atau angsar yang terkandung dalam bentuk gambaran pamor seperti tuah pada pamor wos wutah. Namuin karena adanya bulatan-bulatan itu, banyak orang yang menyangka bahwa itu pamor Udan Mas. Pamor Tirta Tumeter yang artinya tetesan air, tergolong pamor yang tidak pemilih, siapapun akan cocok memilikinya.

Kode : 123/ Dapur : Kebo Lajer / Pamor : Pedaringan Kebak / Tangguh : Pajajaran /Aura : Pertanian /Mahar : Rp. 1 juta.

KODE : 123
JENIS PUSAKA : Keris Lurus
DAPUR : Kebo Lajer
PAMOR : Pedaringan Kebak
TANGGUH : Pajajaran
WARANGKA : Gayaman Surakarta
KOLEKSI : KP. Muhammad Mulyani Dipoyudo
AURA : Pertanian
=============================================
MAHAR : Rp. 1 juta.
=============================================


Pedaringan Kebak:
Pamor inipun gambarannya amat mirip dengan pamor wos wutah. Ditinjau dari sudut arti namanyapun ada kaitannya. Wos Wutah artinya beras tumpah, sedangkan Pedaringan Kebak artinya peti beras yang penuh. Motif pamor ini lebih ruwet, dan hampir menempati seluruh bilah. Tuah dari pamor Pedaringan Kebak bagi mereka yang percaya adalah sama dengan pamor Wos Wutah. Pamor ini tidak pemilih, bisa cocok dipakai oleh siapa saja.

Kode : 366/ Dapur : Wora Wari / Pamor : Ngulit Semangka / Tangguh : Mataram Senopaten /Aura : Abdi Masyarakat /Mahar : Rp. 1,5 juta.

KODE : 366
JENIS PUSAKA : Keris Lurus
DAPUR : Wora Wari
PAMOR : Ngulit Semangka
TANGGUH : Mataram Senopaten
WARANGKA : Ladrang Mangkunegaran
KOLEKSI : KP. Muhammad Mulyani Dipoyudo
AURA : Abdi Masyarakat
=============================================
MAHAR : Rp. 1,5 juta.
=============================================


Ngulit Semangka:
Sepintas seperti kulit semangka, tuahnya seperti Sumsum Buron, memudahkan mencari jalan rejeki dan
mudah bergaul pada siapa saja dan dari golongan manapun. Pamor ini tidak memilih dan cocok bagi
siapa saja.

Kode : 416/ Dapur : Jalak / Pamor : Ngulit Semangka / Tangguh : Mataram Senopaten /Aura : Keenergikan /Mahar : Rp. 1 juta.

KODE : 416
JENIS PUSAKA : Keris Lurus
DAPUR : Jalak
PAMOR : Ngulit Semangka
TANGGUH : Mataram Senopaten
WARANGKA : Ladrang Surakarta
KOLEKSI : KP. Muhammad Mulyani Dipoyudo
AURA : Keenergikan =============================================
MAHAR : Rp. 1 juta.
=============================================
Ngulit Semangka:
Sepintas seperti kulit semangka, tuahnya seperti Sumsum Buron, memudahkan mencari jalan rejeki dan mudah bergaul pada siapa saja dan dari golongan manapun. Pamor ini tidak memilih dan cocok bagi siapa saja

Kode : 932/ Dapur : Tilam Upih / Pamor : Wos Wutah / Tangguh : Mataram Senopaten /Aura : Karejeken /Mahar : Rp. 500 ribu.

KODE : 932
JENIS PUSAKA : Keris Lurus
DAPUR : Tilam Upih
PAMOR : Wos Wutah
TANGGUH : Mataram Senopaten
WARANGKA : Gayaman Surakarta
KOLEKSI : KP. Muhammad Mulyani Dipoyudo
AURA : Karejeken
=============================================
MAHAR : Rp. 500 ribu.
=============================================


Wos Wutah:
Pamor yang paling banyak dijumpai, bentuknya tidak teratur tetapi tetap indah dan umumnya tersebar dipermukaan bilah. Pamor ini memang sengaja dibuat serta termasuk pamor tiban. Pamor ini berkhasiat baik untuk ketentraman dan keselamatan pemiliknya, bisa digunakan untuk mencari rejeki, cukup wibawa dan disayang orang sekelilingnya, pamor ini tidak pemilih.

Kode : 962/ Dapur : Umyang / Pamor : Wengkon Isen / Tangguh : Kartasura /Aura : Perlindungan, Meluruskan Kebenaran /Mahar : Rp. 5 juta.

KODE : 962
JENIS PUSAKA : Keris Lurus
DAPUR : Umyang
PAMOR : Wengkon Isen
TANGGUH : Kartasura
WARANGKA : Gayaman Surakarta
KOLEKSI : KP. Muhammad Mulyani Dipoyudo
AURA : Perlindungan, Meluruskan Kebenaran
=============================================
MAHAR : Rp. 5 juta.
=============================================

Wengkon:
 Ada yang menamakan pamor Tepen. Bentuknya mirip bingkai (wengkon artinya bingkai). Tuahnya untuk perlindungan, ada yang untuk menghindari dari godaan, ada yang memperbesar rasa hemat dan ada yang untuk menghindari dari guna-guna.

Cancut taliwandha

Kanjeng Ketua PEMIRSA bersama para selirnya...Tokoh muda pelestari budaya.."AYO podha cancut taliwanda para Mudha..."!
Praktisi kedokteran pun juga cancut taliwandha....SUGENG mbabar duwung kanjeng dokter..!
Tidak ketinggalan tokoh Spiritual dan pimpinan PONPES..jg cancut taliwandha...kata beliau" Trahing Ngawirya Bisa Ngrengga Patilasaning Leluhur....Muantabs..
Kalo yg ini....tokoh pendidikan alias pak Guru...!
Kata siapa kaum hawa tidak seneng keris.....wow paling getol malah..!
Diskusi ....tukar kaweruh...!
Perkenalkan ...kalo yg ini seorang Ingsinyur HANDAL(tulisane salah gak ya....maksudnya tukang gawe sketsa bangunan)
Budaya Adi luhung...tidak mengenal ethnis....nyatanya KOH WAWAN sangat getol dengan pelestarian budaya...



Rekaman lensa...bagaimana DUWUNG adalah MAHAKARYA yg perlu kita uri-uri kelestariannya...Pinjam kata2 temenku..."banyak orang berbicara mari lestarikan Budaya...tetapi TIDAK BANYAK  yang benar-benar melakukan sesuatu untuk pelestarian itu.....
Event diatas suatu bukti bahwa kaum muda kiprahnya sangat luar biasa....digandeng semua tokoh...dirangkul semua kalangan....samakan misi..visi...."lestarikan budaya negri ini.....salam budaya...!

Selasa, 10 Mei 2011

Yang Muda Mulai Mencinta....

Kaum Muda Mulai bergairah berorganisasi untuk usaha perlindungan & Pelestarian Pusaka
Pameran jg sebuah usaha...
Mpu Muda...
Mpu Muda Juga...

Rabu, 04 Mei 2011

wawasan

Dengan melihat begitu banyaknya ilmu tentang keris serta perdebatan didalamnya, alangkah lebih sarat makna bagi kita dalam diri pribadi masing-masing untuk selalu berupaya mempelajari makna sejarah, budaya dan filosofi keris dengan tanpa memandang apakah keris tersebut sudah aus, geripis ataukah masih utuh. Toh jika kita lihat, Kanjeng Kyai Kopek, pusaka kraton Jogjakarta yang dulunya dipesan Sunan Kalijaga kepada mPu Supo, pada bagian wadidhangnya sudah lubang dan tetap disimpan sebagai salah satu Keris Pusaka andalan Keraton Jogja karena memiliki muatan sejarah dan filosofi yang dalam dibandingkan sekedar bentuk atau wujud fisiknya. Dengan demikian, kebanggan atas sebilah keris tua yang masih utuh bagi saya hanyalah kesenangan semu yang hampa jika tidak diikuti dengan pemahaman terhadap sejarah dan filosofi keris. “Pamor keris boleh rontok, besi keris bisa saja terkikis aus karena usia, dan wrangka keris bisa saja rusak karena jaman, tetapi pemahaman atas sejarah dan filosofi sebilah keris akan selalu hidup dalam hati dan pikiran kita dan akan kita turunkan pada generasi selanjutnya”.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap sejarah dan kebudayaan masyarakat jaman dahulu sangatlah memegang peranan penting dalam memahami tentang budaya perkerisan.
Katakanlah mengapa konon Sultan Agung Hanyokrokusumo ketika awal masa pemerintahannya sering memesan keris Luk 3 dapur Jangkung kepada Ki Nom ? Mengapa keris Luk 13 banyak dipesan ketika seorang Raja sudah lama memerintah dan hendak lengser keprabon ? Mengapa keris tangguh Pengging yang paling tinggi maknanya adalah yang ber Luk 9 ? Mengapa keris luk 1 dapur Pinarak selalu mengingatkan bahwa kehidupan kita di dunia ini sesungguhnya hanya sementara untuk mampir duduk (pinarak) ? Kesemua itu ternyata menunjukkan bahwa sesungguhnya keris memiliki makna yang lebih dalam dan sangat kaya daripada sekedar masalah pamor, dapur dan tangguh serta keutuhannya yang sampai sekarang masih terus menjadi perdebatan. Tentunya dengan tidak mengesampingkan ilmu atas fisik keris seperti dapur, pamor maupun tangguhnya.

Dengan menempatkan keris sebagai benda yang memiliki makna filosofi mendalam, maka kita sebenarnya telah berusaha memahami apa keinginan sang mPu dan orang yang memesannya dahulu ketika membabar keris tersebut. Karena tentunya para mPu dan orang yang memesannya tersebut sebenarnyna juga memiliki harapan-harapan yang tentunya bermaksud baik. Dengan memahami makna filosofi dari sebuah keris tersebut, maka sudah pasti kita turut “Nguri-uri”, melestarikan budaya keris karena salah satu makna keris tersebut adalah sebagai simbol dari adanya suatu harapan dan doa.
Sebenarnya keris sendiri memiliki berbagai macam bentuk, ada yang bermata berkelok kelok (7, 9 bahkan 13), ada pula yang bermata lurus seperti di daerah Sumatera. Selain itu masih ada lagi keris yang memliki kelok tunggal seperti halnya rencong di Aceh atau Badik di Sulawesi.

Bagian-bagian keris
Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata tikam, sehingga bagian utama dari sebilah keris adalah wilah (bilah) atau bahasa awamnya adalah seperti mata pisau. Tetapi karena keris mempunyai kelengkapan lainnya, yaitu wrangka (sarung) dan bagian pegangan keris atau ukiran, maka kesatuan terhadap seluruh kelengkapannya disebut keris.

* Pegangan keris

Pegangan keris ini bermacam-macam motifnya , untuk keris Bali ada yang bentuknya menyerupai patung dewa, patung pedande, patung raksaka, patung penari , pertapa, hutan ,dan ada yang diukir dengan kinatah emas dan batu mulia. Pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat Sulawesi yang merupakan pelaut, sedangkan burung adalah lambang dunia atas keselamatan. Seperti juga motif kepala burung yang digunakan pada keris Riau Lingga, dan untuk daerah-daerah lainnya sebagai pusat pengembangan tosan aji seperti Aceh, Bangkinang (Riau) , Palembang, Sambas, Kutai, Bugis, Luwu, Jawa, Madura dan Sulu, keris mempunyai ukiran dan perlambang yang berbeda. Selain itu, materi yang dipergunakan pun berasal dari aneka bahan seperti gading, tulang, logam, dan yang paling banyak yaitu kayu. Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari sirah wingking ( kepala bagian belakang ) , jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan) ,weteng dan bungkul.

* Wrangka atau Rangka

Wrangka, rangka atau sarung keris adalah bagian (kelengkapan) keris yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa, karena bagian wrangka inilah yang secara langsung dilihat oleh umum . Wrangka yang mula-mula (sebagian besar) dibuat dari bahan kayu (jati , cendana, timoho , kemuning, dll) , kemudian sesuai dengan perkembangan zaman maka terjadi perubahan fungsi wrangka (sebagai pencerminan status sosial bagi penggunanya ). Kemudian bagian atasnya atau ladrang-gayaman sering diganti dengan gading. Secara garis besar terdapat dua macam wrangka, yaitu jenis wrangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian : angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang tetapi tidak terdapat angkup, godong dan gandek. Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah ditentukan, walaupun tidak mutlak. Wrangka ladrang dipakai untuk upacara resmi , misalkan menghadap raja, acara resmi keraton lainnya (penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, perkimpoian, dll) dengan maksud penghormatan. Tata cara penggunaannya adalah dengan menyelipkan gandar keris di lipatan sabuk (stagen) pada pinggang bagian belakang (termasuk sebagai pertimbangan untuk keselamatan raja ). Sedangkan wrangka gayaman dipakai untuk keperluan harian, dan keris ditempatkan pada bagian depan (dekat pinggang) ataupun di belakang (pinggang belakang).

Dalam perang, yang digunakan adalah keris wrangka gayaman , pertimbangannya adalah dari sisi praktis dan ringkas, karena wrangka gayaman lebih memungkinkan cepat dan mudah bergerak, karena bentuknya lebih sederhana. Ladrang dan gayaman merupakan pola-bentuk wrangka, dan bagian utama menurut fungsi wrangka adalah bagian bawah yang berbentuk panjang ( sepanjang wilah keris ) yang disebut gandar atau antupan ,maka fungsi gandar adalah untuk membungkus wilah (bilah) dan biasanya terbuat dari kayu ( dipertimbangkan untuk tidak merusak wilah yang berbahan logam campuran ) . Karena fungsi gandar untuk membungkus , sehingga fungsi keindahannya tidak diutamakan, maka untuk memperindahnya akan dilapisi seperti selongsong-silinder yang disebut pendok . Bagian pendok ( lapisan selongsong ) inilah yang biasanya diukir sangat indah , dibuat dari logam kuningan, suasa ( campuran tembaga emas ) , perak, emas . Untuk daerah diluar Jawa ( kalangan raja-raja Bugis , Goa, Palembang, Riau, Bali ) pendoknya terbuat dari emas , disertai dengan tambahan hiasan seperti sulaman tali dari emas dan bunga yang bertaburkan intan berlian. Untuk keris Jawa , menurut bentuknya pendok ada tiga macam, yaitu (1) pendok bunton berbentuk selongsong pipih tanpa belahan pada sisinya , (2) pendok blewah (blengah) terbelah memanjang sampai pada salah satu ujungnya sehingga bagian gandar akan terlihat , serta (3) pendok topengan yang belahannya hanya terletak di tengah . Apabila dilihat dari hiasannya, pendok ada dua macam yaitu pendok berukir dan pendok polos (tanpa ukiran).

* Wilah

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang, jaka lola , pinarak, jamang murub, bungkul , kebo tedan, pudak sitegal, dll. Pada pangkal wilahan terdapat pesi , yang merupakan ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris ( ukiran) . Pesi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10 mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut punting.

Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut ganja (untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya aring). Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak terpisahkan. Pengamat budaya tosan aji mengatakan bahwa kesatuan itu melambangkan kesatuan lingga dan yoni, dimana ganja mewakili lambang yoni sedangkan pesi melambangkan lingganya. Ganja ini sepintas berbentuk cecak, bagian depannya disebut sirah cecak, bagian lehernya disebut gulu meled , bagian perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam bentuk ganja ada bermacam-macam, wilut , dungkul , kelap lintah dan sebit rontal.

Luk, adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah , dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan jumlahnya selalu gasal ( ganjil) dan tidak pernah genap, dan yang terkecil adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah luk tiga belas (13). Jika ada keris yang jumlah luk nya lebih dari tiga belas, biasanya disebut keris kalawija ,atau keris tidak lazim .

(Kiwalet:Makna & Filosofi Keris)

profil

ini